Teks Oleh : Jamaluddin (Kordinator Kajian dan Pelatihan RADIKAL Unasman)
Rumah panggung sederhana, berdinding kayu, terletak
di Kappung Katapang Lingkungan Masigi Kelurahan Wattang Kecamatan Polewali,
tepat disamping kanan mesjid Ustman Bin Affan.
Pada waktu pagi hingga malam hari, rumah tersebut akan selalu ramai dikunjungi orang.
Pengunjung yang berdatangan, mulai dari warga di
sekitaran Wattang, hingga yang berdatangan dari luar Kecamatan Polewali. Para pengunjung sangat riang gembira dan
begitu antusias mendatangi rumah itu.
Betapa tidak, sang pemilik rumah sangat berbaur dengan warga sekitar,
ataupun para pengunjung yang selalu datang berkunjung untuk sekedar
bersilaturrahim.
Cerita rumah panggung yang selalu ramai dikunjungi
orang itu adalah cerita dari rumah yang ditinggali almarhum Muhammad Darwis
Hamzah, di pertengahan tahun 70-an silam bersama istri dan buah hatinya. Saat
itu dia adalah Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Polewali Mamasa.
Hal tersebut dituturkan Sri Musdikawati, puteri dari Muhammad Darwis
Hamzah, yang mendapati langsung situasi rumahnya, saat diminta berbagi cerita
tentang sosok ayahnya di kediamannya, di
Jl. BTN Marwah, Pekkabata, kamis (30/10).
Dari cerita Sri Musdikawati, ingatannya masih mengingat persis dengan
kondisi dan situasi rumah saat ayahnya masih menjadi ketua PPP dulu. “Saya
masih ingat, saat jelang pelaksanaan kampanye PPP, warga berbondong-bondong
mendatangi rumah kami, dengan membawa hasil bumi seperti beras, pisang, minyak
goreng, dan segala kebutuhan untuk kampanye atau kegiatan partai lainnya,
padahal ayah sama sekali tak pernah memintanya, warga sendiri yang bergotong
royong,” kenang dosen Universitas Al-Asyariah Mandar ini.
Tak jauh berbeda dengan cerita Sri Musdikawati,
Azikin Noer juga sempat mendapati sosok Muhammad Darwis Hamzah, aktivis senior
yang lama berkecimpung di dunia LSM ini bertutur bahwa sosok pemimpin sejati sangat
susah didapati saat sekarang. “ beliau itu banyak berjasa kepada bangsa dan
negara. Mencari sosok pemimpin yang seperti itu sangat susah, salah satu ciri
khasnya adalah konsistensiya dalam memperjuangkan kepentingan orang banyak, dan
mengorbankan kepentingan pribadi dan keluarganya,” ujar pria yang akrab disapa bang
Kikin oleh rekan-rekannya sesama aktivis.
”
Puturi (almarhumah), istri dari pak Darwis Hamzah, yang saat itu berprofesi
sebagai guru, rela kehilangan
pekerjaannya karena suaminya berseberangan dengan pemerintahan Presiden
Soeharto. Karena partai PPP yang diketuai suaminya dianggap berseberangan
dengan partai Golkar yang menjadi partai penguasa dibawah kendali Soeharto,”
ujar Muslim, tetangga dekat rumah Muhammad Darwis Hamzah yang banyak mendapat
cerita dari ayahnya almarhum mantri Sunar yang cukup bersahabat dengan santri,
budayawan, politisi pembela rakyat ini.
Muslim menambahkan, bahwa sosok Muhammad Darwis
Hamzah adalah sosok politisi yang konsisten dan komitmen dengan kehendak yang
ada dalam lubuk hatinya. Dalam beberapa tahun dia sama sekali tak pernah
mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) atau jabatan lain di
eksekutif hingga akhir hayatnya. “Tidak
ada ketua partai seperti pak Darwis Hamzah, selain dikenal intelektual juga
dikenal pekerja keras. Dia disegani baik kawan maupun rival politiknya. Dia
sangat pandai mengelola mesin partai secara mandiri,” tutur Muslim yang juga
pegawai di kantor Kesbanglinmas Polman.
Dari penelusuran RADIKAL yang
diramu dari berbagai sumber, diketahui bahwa Muhammad Darwis Hamzah
dilahirkan pada tanggal 12 desember 1939. Dia menjabat ketua Partai
Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 70-an.
Setelah terjadi “Fusi Partai”, yakni kebijakan
pemerintahan Soeharto, yang merampingkan parpol kedalam tiga partai, yaitu
partai berbasis Islam dilebur ke PPP, partai berhaluan nasionalis dilebur ke
PDI, dan partai Golkar sebagai partai yang dibekingi penguasa orde baru. Dari
situlah PSII dilebur kedalam PPP. Sehingga Muhammad Darwis Hamzah pun diserahi
amanah menjadi ketua partai PPP di Polewali Mamasa kala itu.
Selain menjadi politisi, dia juga pernah menjadi
ketua Badan Pertimbangan Pendidikan (Bapendik) yang menggagas Musyawarah
Pendidikan (Musdik) yang selanjutnya melahirkan beberapa sekolah, diantaranya:
Sekolah Pendidikan Guru (SPG) sekarang menjadi SMK N 3 Polewali. Ada juga
sekolah pembangunan pertanian yang
sekarang menjadi SMK Pertanian, serta SMP N 2 Polewali.
Muhammad Darwis Hamzah memang selalu dikerumuni
orang banyak. Pribadinya dikenal
bersahaja, santun, diakrabi sebagai guru sekaligus santri yang selalu memperjuangkan nilai-nilai
islam yang toleran dan damai. Bersahabat
dengan sejumlah tokoh nasional sebut saja: Adi Sasono. Dia juga merupakan tokoh
Mandar satu-satunya yang tulisannya dimuat di majalah PRISMA terbitan ibukota dan
media nasional lainnya. Dia juga dikenal sangat bersahabat dengan almarhum
Husni Djamaluddin, penyair nasional kelahiran Tinambung Polman.
Warga Desa Lemo, Kecamatan Binuang, Kabupaten
Polewali Mandar, tak mampu melupakan jasa-jasa almarhum yang dikenal gigih
dalam memperjuangkan penderitaan rakyat. Dengan niat tulus pembelaannya kepada
rakyat, dia membebaskan tanah warga Desa Lemo agar tidak digusur. Waktu itu
tahun 1967, tanah perkampungan warga Desa Lemo akan dijadikan Home Base TNI. TNI saat itu dikenal menjadi penopang
kekuasaan rezim Soeharto.
Salah satu tokoh masyarakat Desa
Lemo, H. Cammana’, dia menuturkan bahwa memori 1967 adalah masa yang tak bisa
dilupakan warga Lemo. Waktu itu perkampungan di Lemo belum defenitif menjadi
Desa. “tanah itu luasnya kurang lebih 80 hektar, Pak Darwis Hamzah bersama
warga jumlahnya kalau tidak salah, 100 orang, berhasil mempertahankan tanah itu
dari penggusuran untuk pembangunan home base TNI,” kenang H. Cammana, saat
diwawancarai RADIKAL, Senin (4/12).
Mustafa Jumari, warga Desa Lemo lainnya
menuturkan, waktu itu warga bersatu mempertahankan tanah agar tidak diambil
alih oleh tentara. “batas tanah yang kami pertahankan dulu bersama almarhum pak
Darwis, mulai dari pinggiran sungai yang disebelah timur sampai di pinggiran
sungai yang disebelah barat,” ujar Mustafa Jumari rekan seperjuangan Muhammad
Darwis Hamzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar