Selasa, 06 Januari 2015

MARAQDIA BARO-BARO (pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyatnya)








Oleh : Marwah (Kordinator Litbang RADIKAL Unasman) 



Polewali mandar merupakan daerah yang kaya akan cerita kisah patriotik  pemimpin masa lalu.  Banyak peristiwa sakral pernah terjadi, yang kini sedikit-demi sedikit mulai dinapikan masyarakat yang dikenal dunia luar memiliki panorama alam yang indah, berikut sejumput kearifan lokal yang tak akan habis dikisahkan ke dalam lembaran-lembaran kertas.  

Di Kabupaten Polewali mandar, tepatnya di Kecamatan Luyo terdapat sebuah perkampungan  yang dikenal dengan panorama alamnya yang asri, dan tempat dimana para penggiat batu permata mencari bongkahan batu untuk ditempa  menjadi permata yang indah.  Perkampungan itu adalah Desa Tenggelang. Desa ini tidak hanya dikenal dengan panorama dan batu permatanya. Disana pula, terdapat sekeping kisah Mara’dia Baro-baro.  Cerita turun temurun yang dapat menjadi bahan referensi bagi para penggali cerita-cerita jaman purbakala.  
Maraqdia Baro-Baro, adalah sebutan yang cukup sakral dan mistis, sehingga tak heran banyak hikmah yang terdapat dalam kisah nenek moyang warga Tenggelang ini. Yang diketahui, Maraqdia Baro-Baro adalah seorang raja gagah berani yang gencar melakukan perlawanan sengit saat digempur oleh kerajaan Passokorang.  Peristiwa itu terjadi sebelum abad ke 12.

Tak diketahui siapa nama asli dari Maraqdia Baro-Baro. Namun warga Tenggelang hanya menyebutnya dengan sebutan Maraqdia Baro-Baro. Dia adalah sosok pemimpin yang sangat di cintai rakyatnya dengan sifat dan karakter yang sangat diagungkan dan bijaksana, sehingga orang-orang pada saat itu mangangkat dia menjadi Maraqdia. 

Menurut Haeruddin, yang memiliki garis keturunan dengan Maraqdia Baro-baro,  konon sebelum diangkat menjadi pemimpin, dia memiliki kebiasaan menaiki puncak bukit. Perjalanan dari kaki bukit hingga ke puncak, dia lalui dengan menunggang kuda cempaga. Konon, ciri khasnya yang paling mencolok, dia suka memakai sapu tangan dan pengikat di kepalanya. Sesampainya di bukit, dia akan memandangi hamparan bukit, hingga ketika malam tiba sampai terbit fajar. 

Pengangkatannya menjadi Maraqdia sewaktu para petuah adat melakukan pertemuan. Maraqdia Baro-baro kemudian diangkat dan dikukuhkan dengan alasan memilki tutur kata yang lemah lembut,  bijaksana serta dikenal sangat suka menolong sesamanya. 
Selain sikap welas asih layaknya seorang pemimpin, Maraqdia Baro-baro juga memiliki postur tubuh yang ideal: tinggi, besar, berkulit putih, memiliki cambang, jenggot serta leher yang bergaris (ma’gere tallu barona). 

 Setelah dirinya di angkat untuk memimpin daerah Tenggelang, seluruh rakyat kala itu merasakan kehidupan yang damai dan sajehtara. Sehingga tak heran, beberapa kerajaan-kerajaan lain  iri terhadapnya. Oleh karena  itu banyak kerajaan-kerajaan yang ingin masuk ke wilayahnya untuk ditaklukkan. Tetapi kecintaan terhadap rakyat yang dipimpinnya, dia dengan sekuat tenaga  mempertahankan daerahnya dari gempuran kerajaan-kerajaan itu.

Salah satu kerajaan yang pernah menyerang Baro-baro adalah kerajaan Passokorang. Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan besar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Tenggelang. Passokorang memiliki armada perang besar yang bertolak belakang dengan kerajaan Balanipa. 

“Pelajaran berharga yang bisa didapatkan dari sepenggal kisah Mara’dia Baro-baro yaitu bagaimana kecintaan seorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Demi menghindari pertumpahan darah yang akan mengorbankan seluruh rakyatnya, maka Mara’dia Baro-baro Ma’linrung (berpindah tempat/alam),” ujar Nurdin salah satu warga Tenggelang, saat ditemui dikediamannya di Desa Tenggelang, (6/11).

Dari keterangan Nurdin, kisah Mara’dia Baro-baro yang memilih Ma’linrung untuk sementara waktu dalam rangka menghindari pertumpahan darah  justru terjadi untuk selama-lamanya. Diceritakan pula, sebelum musuh kerajaan Passokkorang datang menyerang wilayahnya, maka Mara’dia baro-baro menawarkan dua pilihan kepada pemangku adat.  “Apakah kita melawan mereka ataukah kita mallinrung (menghilang untuk sementara), karena tidak lama kerajaan-kerajaan itu akan memasuki wilayah kita dan mengajak berperang,”.  Ujar Nurdin menirukan perkataan Maraqdia Baro-baro seperti yang dia dengar dari cerita para orang tua di Tenggelang. 

Akhirnya, pemangku adat menyepakati agar Maraqdia Baro-baro bersama warga menghilang sementara waktu, sampai pasukan kerajaan Passokkorang kembali ke daerahnya. Karena target utama pasukan kerajaan Passokkorang adalah menaklukkan perlawanan Mara’dia Baro-baro yang memang kala itu b sangat sulit ditaklukkan. 

Salah satu tokoh pemuda Luyo, Hamsih Mariase, yang banyak mengakrabi kisah Mara’dia Baro-baro, juga menuturkan bahwa konon sebelum pasukan kerajaan lain memasuki wilayahnya, Mara’dia Baro-baro memilih menghilang untuk sementara bersama keluarganya dan rakyat yang dipimpinnya. Pilihan itu tiada lain karena rasa sayangnya yang tinggi agar tidak terjadi pertumpahan darah.  

“Mara’dia Baro-baro, tidak mau melihat ada warganya yang meninggal akibat peperangan, karena rasa sayang itu, beliau memerintahkan seorang perempuan yang sakti mandraguna. Dengan selendang kuning si perempuan, ia memenuhi permintaan Mara’dia Baro-baro agar dihilangkan sementara waktu bersama keluarga dan rakyatnya. Sewaktu perempuan sakti itu mengayunkan selendangnya maka lenyaplah Mara’dia Baro-baro bersama keluarga, warga, serta kuda cempaga yang biasa ditungganginya, ”ujar Hamsi Mariase,(13/11).
Ditambahkannya pula,  dengan kejadian itu lawan yang telah memasuki wilayah Tenggelang  heran karena tidak ada sama sekali penduduk yang terlihat. Kemudian peristiwa na’as terjadi, perempuan sakti itu terbunuh,. Sebelum terbunuh, perempuan tadi  belum  sempat mengayunkan selendang untuk kedua kalinya. Akhirnya,  Mara’dia Baro-baro bersama  keluarga, dan rakyat yang ikut bersamanya tak muncul  seperti sedia kala.

 Sampai sekarang pun  Mara’dia Baro-baro belum di ketahui ke mana rimbanya. Hingga detik ini pun, tempat dimana Mara’dia Baro-baro menghilang, warga  tenggelang hanya sering mendengar suara-suara ayam barkokok, serta suara hentakan kuda yang berjalan namun tak terlihat secara kasat mata. 

Dari keterangan warga di Kecamatan Luyo, seperti yang dituturkan Saddan Husain, warga Desa Mambu, Kecamatan Luyo, bahwa cerita turun temurun yang berkembang disana bahwa pernah ada salah satu warga di Desa Tenggelang menunaikan ibadah haji di tanah Mekkah, Arab Saudi. Disana dia berjumpa dengan sosok yang mengaku sebagai Maraqdia Baro-baro. Orang yang menunaikan ibadah haji tadi  diamanahi pesan khusus  untuk disampaikan kepada warga yang ada di  Tenggelang. “ apabila ada warga yang sangat memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji tetapi belum mampu karena persoalan materi, cukup datang mengunjungi tempat dimana Maraqdia Baro-baro menghilang. Atas izinTuhan,  hajatnya untuk menunaikan ibadah haji akan segera dimudahkan. Begitu kepercayaan orang-orang di Tenggelang,” ujar Saddan kepada RADIKAL.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar