Selasa, 06 Januari 2015

KH. Muhammad Arif Liwa, ABDINYA ABADI SEPANJANG MASA, sahabat Prof. Dr. KH. Sahabuddin




Teks Oleh : Mulyadi (Kordinator Ke-Asy'ariahan dan Kemandaran RADIKAL Unasman)


“Kalau kamu ingin bahagia di dunia dan diakhirat jangan berhenti sekolah dan selalulah belajar nak” ujar Prof. Dr. Sukaji Sarbi, Wakil Rektor I Universitas Al-Asy’ariah Mandar (Unasman) menirukan perkataan KH. Muhammad Arif Liwa, saat bersua RADIKAL di ruang kerjanya, sabtu (8/11).
Prof. Dr. Sukaji Sarbi, merupakan akademisi yang banyak mendapat berkah dari petuah-petuah  KH. Muhammad Arif Lewa. Dia merupakan pejuang kemerdekaan, tokoh pendidik, ulama kharismatik, sekaligus sahabat dekat Prof. Dr. KH. Sahabuddin, yang  banyak berjasa terhadap pendirian kampus Universitas Al-Asy’ariah Mandar (Unasman).   
Sosok KH. Muhammad Arif Liwa dikenal sebagai tokoh pendidik.           Kiprahnya dikenal sebagai tokoh yang banyak berjasa dalam merintis STKIP DDI Polewali pada tahun 2004 yang kemudian berubah menjadi Universitas Al-Asyariah Mandar. Saat itu ia bersama Prof. Dr. KH. Sahabuddin mengabdikan dirinya dalam pengembangan pendidikan di Sulawesi Barat. Dirinya pernah menjadi dosen, saat Unasman masih bernama STIKIP DDI Polewali. 
 “kalau anda tidak kenal KH. Muhammad  Arif Liwa, berarti anda belum mengetahui sejarah Unasman sesungguhnya, karena beliau adalah sahabat dari Prof. Dr. KH. Sahabuddin, beliau adalah sosok yang arif dan bijaksana, dan mahasiswa Unasman wajib mengenali rekam jejak beliau” tegas Muhammad Syaeba,SS, ketua jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unasman, mengamini kiprah KH. Muhammad Arif Liwa di kampus pertama dan terbesar di Sulawesi Barat ini.

Dalam penelusuran RADIKAL, saat menelusuri rekam jejak KH. Muhammad Arif Liwa,  didapati sumber yang menyebutkan bahwa sang ulama kharismatik adalah pasukan pengibar bendera pertama di tanah mandar saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 agustus 1945.
“Almarhum merupakan salah seorang pejuang kemerdekaan dan sebagai pimpinan upacara pada kibar bendera merah putih pertama di  Mandar yakni tepatnya di Matakali, “ ujar Najda, anak pertama KH. Muhammad Arif Liwa, yang saat ini menjadi kepala sekolah SDN 065 Polewali. Waktu itu dia  diwawancarai RADIKAL di kediamannya di jalan mesjid Jami No. 24 Polewali, kamis (6/11).
Dalam sebuah catatan yang diserahkan kepada RADIKAL, bahwa pengakuan, penghargaan dan penganugerahan gelar kehormatan Veteran perjuangan kemerdekaan Indonesia di berikan kepada KH.Muhammad Arif Liwa tepat tanggal 30 Oktober 1981.
Tanda kehormatan tersebut berupa Satya Lencana Karya Sastra Tingkat III.No.3240/4/1983 tanggal 3 juli 1983 dari Presiden Republik Indonesia. Kemudian penghargaan luar biasa Bupati Polewali Mandar atas pengabdian dan jasa pembangunan dalam bidang agama Islam, tanggal 29 desember 2010. Dan masih banyak lagi penghargaan lain sebagai bukti pengakuan negara terhadap perjuangan KH. Muhammad Arif Liwa sebagai pejuang kemerdekaan yang banyak berjasa kepada bangsa dan negara.
Selain sebagai pejuang,  KH. Muhammad Arif Liwa pun di kenal sebagai salah seorang ulama besar yang kharismatik, murid dari almaghfur-lah KH. Muhammad Shaleh yang akrab ditanah mandar dengan sebutan “Anangguru saleh”, mursid Tarekat Qadiriah di Sulawesi Barat yang terkenal dengan ribuan jamaahnya.
Sebagai seorang ulama besar, seperti yang dituturkan Ibu Najda, bahwa  pesan-pesan dari ayahnya  masih dia pegang teguh sampai sekarang. Keikhlasan, kejujuran, tawadu, ridha atas apa yang telah di takdirkan dan bersyukur adalah sikap yang harus di miliki sebagai modal dasar untuk selalu menjaga hubungan yang harmonis, baik kepada Allah, maupun kepada sesama manusia.
Pesan sakral KH. Muhammad Arif Lewa kepada anak-anaknya tersebut, menjadi penanda bahwa ibadah sesungguhnya dalam kehidupan ini adalah ketersambungan antara ibadah ritual dengan hubungan sesama manusia. Sikap dan perilaku manusia merupakan sesuatu yang penting dan dilandasi keikhlasan dan ketulusan.
Ditambahkan Rusdi, salah satu murid KH. Muhammad Arif Liwa, salah satu pesan gurunya bahwa apa saja yang di berikan Allah kepada hamba-Nya, sesungguhnya di balik semua itu ada hikmah yang terkandung di baliknya, hanya manusia tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, orang yang faham tentang hal tersebut membuat hatinya senantiasa tenang dan berbaik sangka kepada Allah SWT.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar